Demo Lexipal di acara One Week Training on Dyslexia Bandung

Akhir pekan lalu, pada tanggal 8 Agustus 2015, tim NextIn Indonesia mendapat kesempatan untuk mendemokan aplikasi Lexipal kepada para peserta workshop disleksia yang diadakan oleh Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI) bertempat di RS Melinda 2, Bandung.

Rangkaian acara “one week intensive training on dyslexia” tersebut diselenggarakan dari tanggal 8 sampai 14 agustus 2015. Mulai dari materi kesulitan belajar anak dan strategi pengelolaannya hingga perilaku lain yang menyertai disleksia, seperti ADHD ( perilaku hiperaktif) disampaikan oleh para narasumber yang merupakan pakar dan ahli disleksia, seperti dr. Purboyo Solek, Sp. A (K) , dr. Kristiantini Dewi, Sp.A , Diah Puspasari, M. Psi , dan Sari Matualesy, M.Psi.

read more

Memperingati Hari Anak Nasional Bersama TK Mutiara Persada

Pada hari sabtu, 6 Juni 2015 NextIn Indonesia bekerjasama dengan TK MutiaraPersada mengadakan lomba mewarnai untuk murid taman kanak-kanak yang diikuti oleh kurang lebih 78 anak. Pagi itu acara dimulai pada pukul 7 pagi dengan dimulai senam bersama bagi anak-anak TK Mutiara Persada. Lomba yang diadakan kurang lebih 1 jam ini mengundang antusiasme anak-anak untuk mengaplikasikan kreasinya dalam goresan pensil warna dan crayon pada kertas gambar yang mengusung karakter minnion ini. Selama anak-anak mengikuti lomba, tim LexiPal mengadakan sosialisasi pada guru dan orangtua mengenai gangguan belajar pada anak, yang disampaikan oleh Mega Aisyah Nirmala dan Vina Sectiana. Pengumuman lomba diadakan pada hari senin setelah upacara bendera yang berlangsung di TK Mutiara Persada. Canda tawa anak-anak TK ini mengiringi pembagian hadiah yang disediakan untuk 6 pemenang ini. Walaupun beberapa anak tidak mendapatkan hadiah, tapi senyum mereka tidak pernah pudar untuk selalu berkarya dan mengembangkan prestasi mereka. Dengan adanya acara ini diharapkan mampu meningkatkan rasa kepedulian masyarakat terhadap anak-anak, terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus seperti disleksia. Karena senyum mereka adalah gambaran cerah masa depannya :)

read more

Yogyakarta Peduli Disleksia

Puluhan partisipan peduli Disleksia bergabung dalam sebuah aksi sosial yang dilaksanakan pada Minggu pagi, 21 Desember 2014. Aksi ini digelar dengan melakukan long march di sepanjang jalan Malioboro hingga titik nol kilometer Yogyakarta. Partisipan ini terdiri dari dokter anak, psikolog, terapis, guru, mahasiswa, dan juga masyarakat sekitar yang datang berpartisipasi. Aksi sosial yang bertajuk “A Walk for Dyslexia” ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Disleksia. Selain long march, aksi sosial ini juga diisi dengan sosialisasi mengenai disleksia kepada masyarakat sekitar agar pemahaman mereka terkait masalah ini menjadi lebih menyeluruh.

read more

Seminar Memahami Kesulitan Belajar pada Anak dan Launching Aplikasi Edukasi LexiPal

Pada tanggal 20 Desember 2014 lalu, NextIn Indonesia mengadakan seminar memahami kesulitan belajar pada anak yang dimulai sejak pukul 8 pagi hingga pukul 15.30 sore. Acara seminar ini dibarengi dengan rilis aplikasi LexiPal versi Home dan versi Professional. Acara dilaksanakan di Auditorium Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada dan dihadiri lebih dari 200 partisipan yang terdiri dari mahasiswa, orang tua, guru, psikolog, dan dokter.

Tujuan dari diselenggarakannya seminar “Memahami Kesulitan Belajar Anak dan Launching Aplikasi Edukasi LexiPal” adalah memberikan pemahaman yang benar dan tepat mengenai kesulitan belajar pada anak pada tenaga pendidik atau guru dan orangtua. Selain itu, seminar ini dilaksanakan untuk memberikan gambaran yang singkat dan jelas mengenai Kesulitan Belajar Spesifik, khususnya Dyslexia, agar orang tua bisa mengenali tanda-tandanya. Di akhir acara, diadakan sesi pengenalan aplikasi edukasi LexiPal, sebagai aplikasi pembelajaran untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar membaca dan Dyslexia usia 5-7 tahun. Pada hari itu, dirilislah aplikasi edukasi LexiPal agar bisa digunakan oleh masyarakat umum.

read more

Mahasiswa UGM Hibahkan Aplikasi LexiPal ke Institusi Pendidikan dan Kesehatan

Mahasiswa UGM yang tergabung dalam sebuah grup dengan nama NextIn Indonesia menghibahkan aplikasi LexiPal ke beberapa institusi pendidikan dan kesehatan. Aplikasi LexiPal adalah aplikasi belajar membaca untuk membantu anak-anak dengan kesulitan belajar membaca dan Disleksia, yaitu salah satu kesulitan belajar spesifik pada area berbahasa yang terjadi pada anak-anak dengan tingkat kecerdasan normal atau di atas rata-rata. Aplikasi ini ditujukan terutama untuk anak-anak dengan umur 5-7 tahun. LexiPal dikembangkan oleh NextIn Indonesia bekerjasama dengan Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI), dengan dukungan dari Bank Mandiri. NextIn Indonesia sendiri didirikan oleh Muhamad Risqi Utama Saputra (S2 Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi), Vina Sectiana Amretadewi (S1 Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi), Taufiq Almasyhur (S1 Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi), dan Mega Aisyah Nirmala (Magister Manajemen).

read more

Kepedulian terhadap Disleksia Mulai Tumbuh di Aceh

IMG_1597

Tim NextIn Indonesia mendapat kesempatan memperkenalkan aplikasi edukasi LexiPal di hadapan para peserta simposium disleksia

Disleksia mungkin belum menjadi topik yang banyak diketahui dan dipahami oleh sebagian masyarakat di Aceh. Padahal, anak-anak yang menyandang disleksia ini membutuhkan perhatian yang lebih daripada anak-anak pada normalnya. Anak dengan disleksia seharusnya mendapat akomodasi yang tepat di sekolah, tidak disamakan dengan anak-anak lain yang tidak menyandang disleksia.

Menurut WHO, 1 dari 10 anak di dunia menyandang disleksia. Angka tersebut cukup besar sehingga perhatian khusus pada anak-anak Disleksia sangatlah dibutuhkan.

read more

Mandiri LexiPal dihibahkan untuk si Disleksia

Teknopreneur.com – Disleksia atau sebuah kondisi dimana seseorang kesulitan dalam belajar seperti membaca, menulis, menentukan pola hingga arah kini penderitanya sudah mencapai 10% dari penduduk di dunia. Sedangkan menurut Asosiasi Disleksia Indonesia diperkirakan oleh mencapai angka 20% dari jumlah penduduknya.

Untuk menghambat pertumbuhan tersebut maka bukan hanya terapi yang diperlukan  namun juga media pembelajaran.  Oleh sebab itu para tim Nextin Indonesia yang merupakan sekelompok mahasiswa Universitas Gajah Mada yang terdiri dari Muhamad Risqi Utama Saputra, Kuntoro Adi Nugroho, Vremita Desectia A, Vina Sectiana A ini menciptakan suatu software  yang bernama Mandiri LexiPal. Suatu software untuk media belajar bagi penderita disleksia.

read more

Apakah Disleksia bisa Disembuhkan?

Ditulis oleh: Kristiantini Dewi dr., SpA (Ketua Asosiasi Disleksia)

Penelitian retrospektif menunjukkan disleksia merupakan suatu keadaan yang menetap dan kronis. ”Ketidak mampuannya” di masa anak yang nampak seperti ”menghilang” atau ”berkurang” di masa dewasa bukanlah karena disleksia nya telah sembuh namun karena individu tersebut berhasil menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan yang diakibatkan oleh disleksia nya tersebut.

APA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK ANAK DISLEKSIA

  • Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara orang tua dan guru
  • Anak duduk di barisan paling depan di kelas
  • Guru senantiasa mengawasi/ mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya guru meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka halaman lain, misalnya halaman 50
  • Guru dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di papan tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan latihan (guru dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
  • Anak disleksia yang sudah menunjukkan usaha keras untuk berlatih dan belajar harus diberikan penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling dengan waktu istirahat yang cukup
  • Melatih anak menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan memegang pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara huruf yang hampir sama misalnya ’b’ dengan ’d’. Murid harus diperlihatkan terlebih dahulu cara menulis huruf sambung karena kemahiran tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja. Pembentukan huruf yang betul sangatlah penting dan murid harus dilatih menulis huruf huruf yang hampir sama berulang kali. Misalnya huruf-huruf dengan bentuk bulat: ”g, c, o, d, a, s, q”, bentuk zig zag:”k, v, x, z”, bentuk linear:”J, t, l, u, y, j”, bentuk hampir serupa:”r, n, m, h”
  • Guru dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan sistem belajar yang praktikal. Selain itu kita perlu menyadari bahwa anak disleksia mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal matematika, oleh karena itu tidak bijaksana untuk ”memaksakan” cara penyelesaian yang klasik jika cara tersebut sukar diterima oleh sang anak.
  • Aspek emosi. Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi demikian buruk akibat ”perbedaan” yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa anak menjadi individu dengan ”self-esteem” yang rendah dan tidak percaya diri. Dan jika hal ini tidak segera diatasi akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses terapi selanjutnya. Orang tua dan guru seyogyanya adalah orang-orang terdekat yang dapat membangkitkan semangatnya, memberikan motivasi dan mendukung setiap langkah usaha yang diperlihatkan anak disleksia. Jangan sekali sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.

Mengingat demikian ”kompleks”nya keadaan disleksia ini, maka sangat disarankan bagi orang tua yang merasa anaknya menunjukkan tanda-tanda seperti tersebut di atas, agar segera membawa anaknya berkonsultasi kepada tenaga medis profesional yang kapabel di bidang tersebut. Karena semakin dini kelainan ini dikenali, semakin ”mudah” pula intervensi yang dapat dilakukan, sehingga anak tidak terlanjur larut dalam kondisi yang lebih parah.

read more