Pengenalan Aplikasi Edukasi LexiPal di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta

Pada tanggal 21 April 2015 yang lalu, NextIn Indonesia mendapat kesempatan dari Ibu Alif Mu’arifah, M.Psi., Ph.D. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PAUD & PGSD) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) untuk mempresentasikan dan mendemokan aplikasi edukasi LexiPal di laboratorium PAUD UAD Kampus V Yogyakarta.

CEO NextIn Indonesia, Risqi Utama, sedang menjelaskan aplikasi edukasi LexiPal

CEO NextIn Indonesia, Risqi Utama, sedang menjelaskan aplikasi edukasi LexiPal

Pengenalan aplikasi edukasi LexiPal ini dihadiri oleh sekitar 40 orang yang terdiri dari dosen, staff, dan juga mahasiswa jurusan PAUD & PGSD. Acara berlangsung sekitar satu hingga dua jam dari pagi hingga menjelang siang.

read more

Presentasi LexiPal di Kuliah Umum Kewirausahaan di Fakultas Teknik UGM

Pada hari Kamis tanggal 19 Maret 2015, Tim NextIn Indonesia, yang dipimpin oleh Risqi Utama, ST., M.Eng, mengisi mata kuliah umum Kewirausahaan yang diampu oleh Ibu Avrin Nur Widiastuti, S.T., M. Eng..

Mata kuliah kali ini dengan tema “The Journey of LexiPal”. LexiPal adalah aplikasi edukasi untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar membaca dan disleksia pada usia 5-7 tahun. Kuliah ini berlangsung selama kurang lebih 2 (dua) jam. Sesi kuliah dibagi menjadi 3 (tiga) sesi, sesi pertama adalah presentasi tentang LexiPal, sesi kedua adalah demo aplikasi, dan sesi ketiga adalah diskusi/tanya jawab.

read more

LexiPal Diperkenalkan dalam Acara “2 (two) Weeks Intensive Training on Children with Special Needs” di Bandung

Pada 24 Januari 2015 lalu, NextIn Indonesia mendapat kesempatan untuk memperkenalkan aplikasi edukasi LexiPal pada acara “2 Weeks Intensive Training on Children with Special Needs” di Rumah Sakit Melinda, Bandung.

Acara training ini diisi oleh dr Purboyo Solek and dr Kristiantini Dewi sebagai para ahli. Acara ini dihadiri sekitar 20 peserta dari berbagai pulau di Indonesia, seperti Sumatra, Sulawesi, dan lain-lain. Peserta training ini berasal dari kalangan dokter, terapis, orang tua, guru, dan lain-lain.

read more

Pengenalan Aplikasi LexiPal di RS Melinda 2 Bandung

Senin, 24 November 2014 lalu, diselenggarakan acara pengenalan aplikasi LexiPal di RS Melinda 2, Bandung. Acara ini dihadiri hingga hampir 100 orang yang terdiri dari para orang tua, guru, therapist, psikolog, dokter, dan lain-lain.

Selain pengenalan aplikasi LexiPal yang juga sekaligus hibah aplikasi dan perangkatnya (komputer dan kinect) dari NextIn Indonesia kepada RS Melinda 2, diseleranggakan pula peresmian Asosiasi Disleksia Indonesia cabang Melinda 2.

Di tengah-tengah acara, ada pertunjukan angklung, biola, dan keyboard dari anak-anak kelas Disleksia dari Indigrow Child Development Center, Bandung. Yang kemudian dilanjutkan dengan seminar parenting yang diisi oleh dr. Purboyo Solek, Sp.A (K) dan dr. Kristiantini Dewi, Sp.A.

read more

Rangkaian Uji Coba Aplikasi LexiPal; oleh Tim Ahli dari Asosiasi Disleksia Indonesia dan Anak-anak Disleksia

Uji Coba Aplikasi LexiPal oleh Tim dari ADI

Sudah hampir setahun ini aplikasi LexiPal dikembangkan oleh NextIn Indonesia, perusahaan rintisan berbasis IT yang berdomisili di Yogyakarta bekerja sama dengan Asosiasi Disleksia Indonesia. LexiPal adalah aplikasi belajar membaca permulaan untuk anak dengan kesulitan belajar dan disleksia dengan rentan umur 5-7 tahun.

Pada tanggal 18 Juni 2014, aplikasi yang sudah selesai sekitar 95% ini di uji coba oleh tim ahli dari Asosiasi Disleksia Indonesia, yaitu dokter-dokter spesialis anak, terapis-terapis, dan psikolog.

read more

Apakah Disleksia bisa Disembuhkan?

Ditulis oleh: Kristiantini Dewi dr., SpA (Ketua Asosiasi Disleksia)

Penelitian retrospektif menunjukkan disleksia merupakan suatu keadaan yang menetap dan kronis. ”Ketidak mampuannya” di masa anak yang nampak seperti ”menghilang” atau ”berkurang” di masa dewasa bukanlah karena disleksia nya telah sembuh namun karena individu tersebut berhasil menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan yang diakibatkan oleh disleksia nya tersebut.

APA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK ANAK DISLEKSIA

  • Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara orang tua dan guru
  • Anak duduk di barisan paling depan di kelas
  • Guru senantiasa mengawasi/ mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya guru meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka halaman lain, misalnya halaman 50
  • Guru dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di papan tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan latihan (guru dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
  • Anak disleksia yang sudah menunjukkan usaha keras untuk berlatih dan belajar harus diberikan penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling dengan waktu istirahat yang cukup
  • Melatih anak menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan memegang pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara huruf yang hampir sama misalnya ’b’ dengan ’d’. Murid harus diperlihatkan terlebih dahulu cara menulis huruf sambung karena kemahiran tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja. Pembentukan huruf yang betul sangatlah penting dan murid harus dilatih menulis huruf huruf yang hampir sama berulang kali. Misalnya huruf-huruf dengan bentuk bulat: ”g, c, o, d, a, s, q”, bentuk zig zag:”k, v, x, z”, bentuk linear:”J, t, l, u, y, j”, bentuk hampir serupa:”r, n, m, h”
  • Guru dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan sistem belajar yang praktikal. Selain itu kita perlu menyadari bahwa anak disleksia mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal matematika, oleh karena itu tidak bijaksana untuk ”memaksakan” cara penyelesaian yang klasik jika cara tersebut sukar diterima oleh sang anak.
  • Aspek emosi. Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi demikian buruk akibat ”perbedaan” yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa anak menjadi individu dengan ”self-esteem” yang rendah dan tidak percaya diri. Dan jika hal ini tidak segera diatasi akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses terapi selanjutnya. Orang tua dan guru seyogyanya adalah orang-orang terdekat yang dapat membangkitkan semangatnya, memberikan motivasi dan mendukung setiap langkah usaha yang diperlihatkan anak disleksia. Jangan sekali sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.

Mengingat demikian ”kompleks”nya keadaan disleksia ini, maka sangat disarankan bagi orang tua yang merasa anaknya menunjukkan tanda-tanda seperti tersebut di atas, agar segera membawa anaknya berkonsultasi kepada tenaga medis profesional yang kapabel di bidang tersebut. Karena semakin dini kelainan ini dikenali, semakin ”mudah” pula intervensi yang dapat dilakukan, sehingga anak tidak terlanjur larut dalam kondisi yang lebih parah.

read more

Bagaimana Mengenali Disleksia?

Ditulis oleh: Kristiantini Dewi dr., SpA (Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia)

Berikut ini adalah tanda tanda disleksia yang mungkin dapat dikenali oleh orang tua atau guru:

  • Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya
  • Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya essay
  • Huruf tertukar tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’
  • Membaca lambat lambat dan terputus putus dan tidak tepat misalnya
    • Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (“di”, “ke”, “pada”).
    • Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (”menulis” dibaca sebagai ”tulis”)
    • Tdak dapat membaca ataupun membunyikan perkataan yang tidak pernah dijumpai
    • Tertukar tukar kata (misalnya: dia-ada, sama-masa, lagu-gula, batu-buta, tanam-taman, dapat-padat, mana-nama)
    • Daya ingat jangka pendek yang buruk
    • Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar
    • Tulisan tangan yang buruk
    • Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung
    • Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek
    • Kesulitan dalam mengingat kata-kata
    • Kesulitan dalam  diskriminasi visual
    • Kesulitan dalam persepsi spatial
    • Kesulitan mengingat nama-nama
    • Kesulitan / lambat mengerjakan PR
    • Kesulitan memahami konsep waktu
    • Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonan
    • Kebingungan atas konsep alfabet dan simbol
    • Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari hari
    • Kesulitan membedakan kanan kiri

    DIAGNOSIS

    Tidak ada satu jenis tes pun yang khusus atau spesifik untuk menegakkan diagnosis disleksia. Diagnosis disleksia ditegakkan secara klinis berdasarkan cerita dari orang tua, observasi dan tes tes psikometrik yang dilakukan oleh dokter anak atau psikolog. Selain dokter anak dan psikolog, professional lain seyogyanya juga terlibat dalam observasi dan penilaian anak disleksia yaitu dokter saraf anak (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan neurologis), audiologis (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan pendengaran), opthalmologis (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan penglihatan), dan tentunya guru sekolah.

    read more

DISLEKSIA – Si Pintar yang Sulit Membaca

Depositphotos_6223544_original

Ditulis oleh: Kristiantini Dewi dr., SpA (Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia)

Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan moment istimewa yang senantiasa menjadi bagian perhatian orang tua. Setiap ada kemampuan baru yang dicapainya merupakan prestasi tak ternilai bagi sang ayah bunda, dan sebaliknya, setiap hambatan dalam tumbuh kembangnya merupakan hal yang sangat merisaukan orang tua. Kemunduran dalam prestasi belajar termasuk salah satu diantara hal yang cukup mengkhawatirkan orang tua, apalagi jika pihak sekolah sudah mulai memberi “peringatan” atau “label-label” tertentu pada sang buah hati. Sayangnya, orang tua dan guru seringkali terlambat mengenali penyebab permasalahan yang dihadapi anak kita, sehingga anak baru dibawa berkonsultasi setelah mengalami gangguan belajar yang sangat mengkhawatirkan bahkan tidak jarang anak sudah terlanjur mengalami stress atau depresi akibat masalah yang dihadapinya tersebut. Oleh karena itu kali ini kita akan bahas salah satu penyebab gangguan belajar (learning disability = LD) yang tersering terjadi, yang kita kenal dengan istilah disleksia.

read more