Bagaimana Mengenali Disleksia?
Ditulis oleh: Kristiantini Dewi dr., SpA (Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia)
Berikut ini adalah tanda tanda disleksia yang mungkin dapat dikenali oleh orang tua atau guru:
- Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya
- Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya essay
- Huruf tertukar tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’
- Membaca lambat lambat dan terputus putus dan tidak tepat misalnya
- Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (“di”, “ke”, “pada”).
- Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (”menulis” dibaca sebagai ”tulis”)
- Tdak dapat membaca ataupun membunyikan perkataan yang tidak pernah dijumpai
- Tertukar tukar kata (misalnya: dia-ada, sama-masa, lagu-gula, batu-buta, tanam-taman, dapat-padat, mana-nama)
- Daya ingat jangka pendek yang buruk
- Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar
- Tulisan tangan yang buruk
- Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung
- Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek
- Kesulitan dalam mengingat kata-kata
- Kesulitan dalam diskriminasi visual
- Kesulitan dalam persepsi spatial
- Kesulitan mengingat nama-nama
- Kesulitan / lambat mengerjakan PR
- Kesulitan memahami konsep waktu
- Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonan
- Kebingungan atas konsep alfabet dan simbol
- Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari hari
- Kesulitan membedakan kanan kiri
DIAGNOSIS
Tidak ada satu jenis tes pun yang khusus atau spesifik untuk menegakkan diagnosis disleksia. Diagnosis disleksia ditegakkan secara klinis berdasarkan cerita dari orang tua, observasi dan tes tes psikometrik yang dilakukan oleh dokter anak atau psikolog. Selain dokter anak dan psikolog, professional lain seyogyanya juga terlibat dalam observasi dan penilaian anak disleksia yaitu dokter saraf anak (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan neurologis), audiologis (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan pendengaran), opthalmologis (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan penglihatan), dan tentunya guru sekolah.
Anak disleksia di usia pra sekolah menunjukkan adanya keterlambatan berbahasa atau mengalami gangguan dalam mempelajari kata-kata yang bunyinya mirip atau salah dalam pelafalan kata-kata, dan mengalami kesulitan untuk mengenali huruf-huruf dalam alphabet, disertai dengan riwayat disleksia dalam keluarga.
Keluhan utama pada anak disleksia di usia sekolah biasanya berhubungan dengan prestasi sekolah, dan biasanya orang tua ”tidak terima” jika guru melaporkan bahwa penyebab kemunduran prestasinya adalah kesulitan membaca. Kesulitan yang dikeluhkan meliputi kesulitan dalam berbicara dan kesulitan dalam membaca (table 1).
Tabel 1. Pertanda disleksia pada anak usia sekolah dasar
Kesulitan dalam berbicara
Salah pelafalan kata-kata yang panjang
Bicara tidak lancar
Menggunakan kata-kata yang tidak tepat dalam berkomunikasi
Kesulitan dalam membaca
Sangat lambat kemajuannya dalam ketrampilan membaca
Sulit menguasai / membaca kata-kata baru
Kesulitan melafalkan kata kata yang baru dikenal
Kesulitan membaca kata-kata ”kecil” seperti : di, pada, ke
Kesulitan dalam mengerjakan tes pilihan ganda
Kesulitan menyelesaikan tes dalam waktu yang ditentukan
Kesulitan mengeja
Membaca sangat lambat dan melelahkan
Tulisan tangan berantakan
Sulit mempelajari bahasa asing (sebagai bahasa kedua)
Riwayat adanya disleksia pada anggota keluarga lain
Shaywitz S. Overcoming dyslexia. Ney York: Alfred A Knopf, 2003:12-124
JENIS-JENIS DISLEKSIA
Sebagian ahli membagi disleksia sebagai disleksia visual, disleksia auditori dan disleksia kombinasi (visual-auditori). Sebagian ahli lain membagi disleksia berdasarkan apa yang dipersepsi oleh mereka yang mengalaminya yaitu persepsi pembalikan konsep (suatu kata dipersepsi sebagai lawan katanya), persepsi disorientasi vertical atau horizontal (huruf atau kata berpindah tempat dari depan ke belakang atau sebaliknya, dari barisan atas ke barisan bawah dan sebaliknya), persepsi teks terlihat terbalik seperti di dalam cermin, dan persepsi dimana huruf atau kata-kata tertentu jadi seperti “ menghilang”.
Tidak semua anak disleksia menampilkan seluruh tanda / ciri /karakteristik seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu terdapat gradasi mulai dari disleksia yang bersifat ringan, sedang sampai berat.
SIAPA SAJA YANG DAPAT MENGALAMI DISLEKSIA ?
Siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin, suku bangsa atau latar belakang sosio-ekonomi-pendidikan, bisa mengalami disleksia, namun riwayat keluarga dengan disleksia merupakan faktor risiko terpenting karena 23-65% orang tua dileksia mempunyai anak disleksia juga. Pada awalnya anak lelaki dianggap lebih banyak menyandang disleksia, tapi penelitian-penelitian terkini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara jumlah laki dan perempuan yang mengalami disleksia. Namun karena sifat perangai laki-laki lebih kentara jika terdapat tingkah laku yang bermasalah, maka sepertinya kasus disleksia pada laki-laki lebih sering dikenali dibandingkan pada perempuan.
Referensi:
- J.H. Menkes, H.B. Sarnat B.L. Maria (2005). Learning disabilities, dalam: JH. Menkes, HB. Sarnat (penyunting). Child neurology, edisi ke-7. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia
- Sally, Shaywitz, Bennett (2006). Dyslexia, dalam: KF. Swaiman, S. Ashwal, DM. Ferreier (penyunting). Pediatric neurology principles and practice, volume 1, edisi ke-4. Mosby, Philadelphia
- S. Devaraj, S. Roslan (2006). Apa itu disleksia, panduan untuk ibu bapa, guru dan kaunselor, dalam: S. Amirin (penyunting). PTS Profesional, Kuala Lumpur
- G. Reid (2004). Dyslexia: A complete guide for parents. John Wiley and Sons, Ltd, England
- R. Frank (2002). The secret life of dyslexic child, a practical guide for parents and educators. The Philip Lief Group, Inc, 2002